Sirup Rosella Depok


Rosella

Namanya tenar hampir di seluruh penjuru dunia, belakangan tanaman ini juga mulai populer di Indonesia. orang bilang ini teh Jamaica. Benarkah Rosella berasal dari Afrika? Seberapa besarkah khasiatnya?. Sebut saja namanya Rosella. Tanaman bernama latin Hibiscus Sabdarifa ini sedang naik daun. Padahal sejatinya tanaman ini sudah lama ada di Indonesia. Hanya saja ia disebut dengan nama yang berbeda disetiap daerah.

Dulu kelopak Rosella dikenal sebagai Frambozen yang digunakan sebagai bahan pembuat sirup berwarna merah yang beraroma khas. Sekarang ini, kelopak Rosella juga dikenal sebagai bahan minuman dan disebut teh Rosella. Tanaman yang masih kerabat bunga sepatu ini banyak ditemukan sebagai tanaman pagar. Mungkin karena sulit melafalkan nama Frambozen, orang Jawa Tengah menyebutnya dengan Merambos Ijo. Di daerah Pagar Alam Sumatera Selatan, Rosella disebut Kesew Jawe, dan di daerah Muara Enim disebut dengan Asam Rejang. Orang Padang menyebutnya Asam Jarot.

Saat ini tanaman Rosella juga telah banyak ditanam di Kota Depok, Jawa Barat. Baik dipekarangan rumah sebagai tanaman pagar, maupun dalam kebun. Dalam skala rumah tangga produk Rosella baik berupa Teh, Sirup, Selai, Manisan, Kue Puding dsb, juga telah berkembang. Dengan semangat memajukan perekonomian warga Depok, KOPERASI BERKAH MANDIRI merintis pengembangan usaha Rosella berbasis rumah tangga (Home Industry) bekerjasama dengan para petani Rosella Depok dan juga ibu-ibu rumah tangga pemilik tanaman Rosella,untuk memproduksi dan memasarkan Produk Rosella.

Kandungan Gizi Rosella
Bunga Rosella kaya Vitamin C & Beta-caroten. Tiap 100 gram Rosella mengandung 260-280 m Vitamin C, Vitamin D, B1, dan B2. Kandungan Vitamin C-nya 3 kali lipat dari anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus, 10 kali lipat dari buah belimbing dan 2.5 kali lipat dari buah biji. Selain itu Rosella mengandung Kalsium tinggi (486 mg/100 gr) dan Omega 3. Rosella juga diperkaya Vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroteen dan Asam Esensial. ( Info : Balai Besar Industri Agro Perindag RI 2004)

Manfaat & Khasiat Rosella

Dengan minum secara teratur dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Membantu menurunkan Hipertensi & Kolesterol
2. Membantu menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes
3. Bersifat menetralkan racun
4. Membantu mengurangi panas dalam dan sembelit
5. Membantu menetralisir asupan makanan yang berlemak
6. Membantu menyeimbangkan berat badan & menghaluskan kulit
7. Mengatasi gangguan Asam urat

Teh dan sirup Rosella baik bagi anak-anak maupun orang dewasa, dan dapat dihidangkan sebagai minuman keluarga dalam kondisi panas ataupun dingin sesuai selera.

Sirup Rosella

Saat ini,
Sirup Rosella Depok, diproduksi oleh Koperasi Berkah Mandiri, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, 16435. Dengan IZIN DINKES No. P-IRT 109327602263.

Sirup Rosella Depok dibuat dalam kemasan botol kaca, isi netto +/- 600 ml, dengan harga jual eceran @ Rp 15.000,-

Untuk pemesanan dalam jumlah banyak, dapat discount 10% s.d. 30%.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
1. bapak H. Ali Rasyid, 0813 8033 8870
2. ibu Yati Kartini 0817 985 5457


Atau melalui email : sirup.rosella@gmail.com

Koperasi Pemasaran Rosella : Berkah Mandiri - Pancoran Mas, Depok

Manfaat Rosella bagi Kesehatan

Bunga Rosela untuk Mencegah Penyakit Kanker dan Radang

Umumnya masyarakat mengenal dengan nama Rosela, Rosella atau Roselle (Hibiscus sabdariffa L.). Dari segi kesehatan, ternyata Rosela mempunyai manfaat untuk pencegahan penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy), misalnya Rosela Merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.

Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa irup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein dan kalsium.

Di Malaysia, Roselle juga disebut Asam paya, Asam kumbang atau Asam susur, merupakan tumbuhan yang mempunyai keluarga yang sama dengan bunga raya/sepatu (Hibiscus rosasinensis). Tumbuhan Roselle ada yang mengatakan berasal dari India tetapi ada juga pendapat yang mengatakan Roselle berasal dari Afrika Barat. Tumbuhan Roselle ini semula diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abat yang lampau. Di India Barat disebut dengan Jamaican Sorrel.

Pohon Roselle tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3 - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga Roselle berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bagian bunga Roselle yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa yang amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuk (teh ) atau manisan Roselle. Daun muda Roselle bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika, biji Roselle dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, Roselle diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.

Pohon Roselle adalah sejenis perdu yang mudah ditaman. Cara penanamannya dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai.

Nama Lain: Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Sepanyol), Karkad� (Afrika Utara), Bisap (Senegal).

Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, ketidakhadaman, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati. Bunga Roselle banyak digunakan untuk pembuatan jus, saos, sirup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan.

Ekstrak daripada kuncup bunganya ternyata mampu berfungsi sebagai antispasmodik (penahan kekejangan), antihelmintik (anti cacing) dan antibakteria. Selain itu rosella ternyata mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga.

Di India, biji Roselle digunakan untuk mengobati penyakit kulit, kekurangan darah dan kelesuan.

Bagian yang digunakan : Bunga, daun dan biji

Bahan penting yang terkandung dalam kelompak bunga Roselle : Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat).

Kelopak segar Dalam 100 g

Air 9.2 g

Protein 1.145 g

Lemak 2.61 g

Serat 12.0 g

Abu 6.90 g

Kalsium 1,263 mg

Fosforus 273.2 mg

Zat Besi 8.98 mg

Karotena 0.029 mg

Thiamine 0.117 mg

Riboflavin 0.277 mg

Niacin 3.765 mg

Asid Askorbik 6.7 mg

Dari penelitian terbukti bahwa kelopak bunga Roselle mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga Roselle mengurangi efek alcohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab demam tinggi. Kelopak bunga Roselle juga diketahui membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organic, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga Roselle sebagai Farmakologi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bunga Roselle mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

Manfaat kelopak bunga Roselle

� Dapat mengurangi kepekatan/kekentalan darah

� Membantu proses pencernaan

� Mencegah peradangan pada saluran kencing dan ginjal

� Penyaring racun pada tubuh

� Mencegah kekurangan Vitamin C

� Melancarkan peredaran darah

� Melancarkan buang air besar

� Menurunkan kadar penyerapan alkohol

� Penahan kekejangan

Penyakit yang dapat diobati :

� Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )

� Batu Ginjal

� Batuk

� Lemah syahwat

� Lesu

� Demam

� Tekanan Perasaan

� Gusi berdarah

� Penyakit kulit

� Gigitan Serangga

� Luka

� Kurang darah

Bunga Rosela untuk Mencegah Penyakit Kanker dan Radang

Umumnya masyarakat mengenal dengan nama Rosela, Rosella atau Roselle (Hibiscus sabdariffa L.). Dari segi kesehatan, ternyata Rosela mempunyai manfaat untuk pencegahan penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy), misalnya Rosela Merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.

Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa irup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein dan kalsium.

Di Malaysia, Roselle juga disebut Asam paya, Asam kumbang atau Asam susur, merupakan tumbuhan yang mempunyai keluarga yang sama dengan bunga raya/sepatu (Hibiscus rosasinensis). Tumbuhan Roselle ada yang mengatakan berasal dari India tetapi ada juga pendapat yang mengatakan Roselle berasal dari Afrika

Barat. Tumbuhan Roselle ini semula diperkenalkan di Malaysia sejak lebih dari tiga abat yang lampau. Di India Barat disebut dengan Jamaican Sorrel.

Pohon Roselle tumbuh dari biji/benih dengan ketinggian yang bisa mencapai 3 - 5 meter serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga Roselle berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bagian bunga Roselle yang bisa diproses menjadi makanan ialah kelopak bunganya (kaliks) yang mempunyai rasa yang amat masam. Kelopak bunga ini bisa diproses menjadi pelbagai jenis makanan seperti minuman, jelly, saos, serbuk (teh ) atau manisan Roselle. Daun muda Roselle bisa juga dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara itu di Afrika, biji Roselle dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu. Di Sudan, Roselle diproses menjadi minuman tradisional yang dinamakan Karkadeh dan merupakan minuman kebangsaan orang Sudan.

Pohon Roselle adalah sejenis perdu yang mudah ditaman. Cara penanamannya dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai.

Nama Lain: Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Sepanyol), Karkad� (Afrika Utara), Bisap (Senegal).

Tumbuhan herba ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, agen astringen. Tanaman ini juga banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, ketidakhadaman, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah (skurvi) dan mencegah penyakit hati. Bunga Roselle banyak digunakan untuk pembuatan jus, saos, sirup dan juga sebagai bahan pewarna pada makanan.

Ekstrak daripada kuncup bunganya ternyata mampu berfungsi sebagai antispasmodik (penahan kekejangan), antihelmintik (anti cacing) dan antibakteria. Selain itu rosella ternyata mampu menurunkan kadar penyerapan alkohol. Daun tumbuhan herba ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga.

Di India, biji Roselle digunakan untuk mengobati penyakit kulit, kekurangan darah dan kelesuan.

Bagian yang digunakan : Bunga, daun dan biji

Bahan penting yang terkandung dalam kelompak bunga Roselle : Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretic dan choleretic, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat).

Sumber : http://sudarwoto.blogguru.net/?p=19

Rosela : Minim Risiko Besar Untungnya

Rosela, Minim Risiko Besar Untungnya
oleh Iwan Al Khasni pada 22-03-2008

Setelah 6 tahun lebih bergelut dengan tanaman bunga rosela sejumlah petani di Dukuh Purwokerto, Desa Jelok Kecamatan Cepogo bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) Seger Asri untuk mengembangkan budidaya tanaman bunga yang berkhasiat untuk kesehatan.
Pembentukan KUB dilakukan untuk memperkuat pengembangkan rosela yang dinilai memiliki prospek yang cukup menguntungkan bagi petani penanam. Menurut Paulus, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Seger Asri pembentukan KUB dinilai sangat perlu untuk memanfaatkan lahan yang masih cukup luas di Desa Jelok. Untuk saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam Seger Asri berjumlah 22 anggota yang masing masing telah menaman Rosela.
Rosela sendiri atau dengan nama latin Hibiscus Sabdariffa L ini tidak seperti tanaman bunga yang lainnya. Di Indonesia sendiri jenis tanaman ini lebih terkenal dengan sebutan tanaman asam paya atau juga seringkali disebut dengan asas susur yang masih dalam satu keluarga dari tanaman bunga sepatu.
Permintaan
Awalnya benih rosela yang berada di Desa Jelok berasal dari Pulau Bali yang di bawa oleh Waluyo, salah satu petani rosela. Benih tersebut lantas coba ditumbuhkembangkan di lahan sekitar rumahnya hingga akhirnya menjadi berkembang. Masa tanam hingga panen relatif singkat, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk siap petik.
Ia menambahkan risiko menanam rosela hanya musim kemarau saja. “Sejauh saya mempelajari tanaman ini, sangat kecil hama yang menganggu tumbuh kembang tanam, ya paling hanya ulat saja,”jelas Waluyo. Ia juga menjelaskan bahwa permintaan rosela pada dasarnya tinggi, tetapi musim kemarau sering kali menjadi menjadikan rosela cepat layu.
Tanaman ini sebenarnya memiliki jenis yang bermacam-macam. “Untuk kelopaknya ada yang berwarna merah, kuning dan beberapa warna lain biasanya selain untuk membuat obat-obatan ada juga yang mengunakan rosela untuk membuat selai,” ujarnya. Permintaan sejauh ini masih di sekitar wilayah Surakarta dan Provinsi Lampung.
Harga jual tanaman ini terbilang cukup tinggi karena untuk satu kilogram rosela dihargai Rp 70.000 hingga –Rp 120.000 sesuai dengan kualitas tanaman. KUB sendiri saat ini tengah menjalin kerjasama dengan sebuah mitra kerja untuk melakukan kerjasama secara profesional dan berharap mejadi langkah pengembangan usaha pertanian selain penanaman padi dan jagung. (Iwan Al Khasni)

Sumber : http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9297&Itemid=1

Rosela : Laba di Balik Kesegarannya

Rosela Laba di Balik Kesegarannya
Oleh trubus



Selama empat tahun Bambang Irwanto bersusah-payah memperbanyak benih rosela asal Sudan. Jerih payah itu kini berbalas manis. Setiap bulan ia berhasil menjual rata-rata 750 kg rosela kering. Dengan harga jual Rp500.000 per kg, setidaknya Rp225-juta mengalir ke rekeningnya setiap bulan.

Bambang menjualnya dalam bentuk kemasan berisi 40 g. Harga jual per kemasan di tingkat konsumen Rp20.000 atau Rp500.000 per kg. Ia memasarkan dengan sistem keagenan. Para agen memperoleh diskon 40% dari harga jual. Setelah dikurangi potongan harga agen dan biaya produksi lain, Bambang meraup untung 15% atau Rp75.000 per kg. Dengan jumlah penjualan rata-rata 750 kg rosela kering per bulan, laba bersih yang dikutip Bambang Rp56-juta per bulan.

Meraih pendapatan sebesar itu tak sedikit pun terlintas dalam benak Bambang pada 4 tahun silam. Maklum, ketika itu ia hanya mengenal carcade-sebutan rosela di Timur Tengah-sebagai pelengkap pengobatan. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai herbalis itu mengenal rosela dari salah seorang kolega di Sudan. Benih asal Sudan itu diperbanyak di lahan 1.000 m2 miliknya di Gunungkidul, Yogyakarta.
Laba tinggi

Kian bertambahnya pengguna rosela membawa secercah harapan bagi Bambang. Di benaknya lantas terbersit untuk berbisnis rosela. Pada 2005, ia getol mengajak pekebun yang bersedia menanam rosela yang kelak menjadi pemasok. Dari sekian banyak yang ditemui, Bambang hanya berhasil menghimpun beberapa pekebun karena belum paham budidaya intensif. Padahal berkebun rosela menjanjikan keuntungan menggiurkan.

Dari sehektar lahan, pekebun memanen 2-2,5 ton segar. Setelah dikeringkan, diperoleh 200-250 kg. Dengan harga beli di tingkat pekebun Rp175.000- Rp200.000 per kg, pekebun meraup omzet Rp35-juta-Rp50-juta per 6 bulan atau Rp5,8-juta-Rp8,3-juta per bulan. Sedangkan biaya penanaman hanya Rp5-juta/ha/musim tanam atau Rp833.000 per bulan. Artinya, pekebun bisa meraup laba bersih Rp5-juta-Rp7,5-juta per bulan. Keuntungan setinggi itu tentu saja menggiurkan. Akhirnya, hingga 2006, 50 orang pekebun bergabung menjadi plasma dengan areal tanam 100 ha.

Manisnya berbisnis rosela tak hanya dirasakan Bambang. Kus Yulianto, di Yogyakarta, turut mencecap laba dari rosela. Ia memproduksi rosela kering yang diolah menjadi rosela celup. Namun, yang dibudidayakan adalah cranberry. Meski bernama latin sama-Hibiscus sabdarifa-sosok kelopak cranberry berbeda. Bentuk kelopak menyerupai kotak, tidak menguncup seperti rosela yang kerap dibudidayakan di Indonesia. Benih cranberry diperoleh ketika mengunjungi pameran Floriade di Rotterdam, Belanda.

Setiap bulan, Kus Yulianto setidaknya menjual 5.000 dus cranberry isi 20 g. Harga per kotak Rp30.000. Total omzet yang diraup mencapai Rp150-juta per bulan. Setelah dikurangi biaya produksi, Kus memperoleh laba bersih Rp50-juta per bulan. Untuk memenuhi kebutuhan produksi, Kus menanam cranberry di lahan 6-7 ha. Lokasi kebun tersebar di Purwodadi dan Trenggalek, Jawa Timur.
Menjanjikan

Prospek bisnis rosela cukup menjanjikan, kata Bambang. Itu terlihat dari permintaan yang terus melonjak. Bahkan ia terpaksa menepis permintaan seorang pengusaha asal Jakarta yang meminta pasokan 15 ton rosela kering per tahun. Permintaan itu membuat Bambang kewalahan. Kapasitas produksi saya baru 5 ton rosela kering per tahun, katanya. Pada 2007, Bambang berencana menambah kapasitas produksi hingga 15 ton/tahun.

Permintaan rosela celup meningkat dari bulan ke bulan, kata Kus Yulianto. Jumlah permintaan ketika pertama kali memproduksi hanya 500 dus. Bulan berikutnya meningkat menjadi 1.000 dus, 2.000 dus, dan 3.000 dus. Sekarang dibatasi 5.000 dus per bulan, kata pria kelahiran Kediri 40 tahun silam itu. Kus juga terpaksa menolak permintaan dari Jakarta yang meminta 5.000 dus per bulan. Permintaan lain: Bob Sadino (10.000 dus per minggu) dan Yunani (1 kontainer per bulan), juga ditolak.

Peluang itulah yang mendorong Kus untuk memperluas penanaman. Awal 2006 ia menambah lahan 10 ha. Medio 2006, bertambah lagi 40 ha. Lokasi kebun meluas ke berbagai daerah seperti Tulungagung, Kediri, Jember, dan Banyuwangi. Harga beli ke pekebun pun melonjak tajam. Pada 2005, harga rosela kering yang semula Rp20.000 per kg, kini Rp100.000.

Permintaan impor salah seorang kolega di Arab Saudi juga mendorong KH Abdussalam Masduqie, di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, untuk menggeluti rosela. Rekan saya minta dikirim 1 kontainer rosela celup per bulan, kata Abdussalam. Pada November 2005, mantan anggota DPRD Jawa Timur itu pun mulai memproduksi rosela celup.

Untuk memenuhi pasokan bahan baku, ia menanam rosela di kebun miliknya di Bangil dan Nongkojajar. Anggota famili Malvaceae itu ditumpangsarikan dengan mangga dan apel. Hasil panen kemudian diolah dan dikemas mirip teh celup. Karena baru memulai, ia tidak mengolahnya sendiri tetapi bekerjasama dengan produsen teh celup di Bangil.

Rosela celup dikemas dalam dus berisi 25 kantong. Masing-masing kantong berisi 2 g atau setara 50 g per dus. Setiap bulan Abdussalam menjual 800 dus. Dengan harga jual Rp12.500 per dus, omzetnya Rp10-juta per bulan. Dari jumlah itu, laba bersihnya Rp1.500 per dus atau Rp1,2-juta per bulan. Pendapatan saya masih kecil. Jadi hanya untuk sampingan saja, ujarnya. Meski begitu, Abdussalam berencana akan membuat pabrik pengolahan sendiri dan juga memperluas areal tanam rosela.
Kendala

Berniaga rosela tak selamanya menyegarkan. Keliru dalam pengolahan kerap menjadi batu sandungan. Itu dirasakan betul oleh Kus Yulianto. Pada 2004 ia sempat berhenti menjual rosela dalam bentuk kemasan. Banyak yang komplain. Pengolahan kami belum sempurna, kata Cuk Himawan, rekan kerja Kus Yulianto. Oleh sebab itu, ia bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia (UPT BPPTK LIPI), Yogyakarta, untuk memperbaiki teknik pengolahan dan budidaya.

Membuka jejaring pasar rosela pun tak semudah membalikkan tangan. Pengetahuan masyarakat yang masih awam tentang rosela membuat pemasaran tersendat. Hendri Sutrisno, ditributor salah satu merek rosela di Jakarta, mesti tekun mengikuti pameran-pameran untuk menciptakan pasar.

Pasokan rosela yang terbatas membuat Ir Eri Pramono, produsen rosela di Surabaya, Jawa Timur, lebih memilih impor ketimbang membina plasma. Sulit mengajak pekebun agar menanam rosela karena masih asing. Kecuali bila diiming-imingi keuntungan tinggi, katanya. Oleh sebab itu, Eri mengimpor rosela dari Timur-Tengah. Beragam kerikil tajam itu tak menyurutkan langkah para produsen. Saya yakin, dengan memberi penjelasan kepada konsumen tentang manfaat rosela, peluang pasar akan tetap terbuka, kata Bambang.

Sumber : http://www.indonesiaindonesia.com/f/8270-rosela-laba-kesegarannya/

Rosela : Tak sekadar indah

TANAMAN rosela (Hibiscus sabdariffa) termasuk salah satu anggota famili Malvaceae (tanaman penghasil serat), yang memiliki bunga begitu indah. Beberapa kerabat dekatnya juga sudah dikenal masyarakat, antara lain kembang sepatu dan waru.

Rosela merupakan sejenis perdu yang mudah ditaman. Di Malaysia, tanaman ini biasa disebut asam paya, asam kumbang, atau asam susur. Sedangkan di India disebut sebagai jamaican sorrel.

Tidak diketahui pasti asal tanaman ini. Ada yang mengatakan dari India, namun tak sedikit pula yang menyebut asalnya dari Afrika Barat. Yang jelas, tanaman yang tumbuh dari biji ini bisa tumbuh hingga setinggi 3-5 meter.

Yang menakjubkan, rosela sanggup berbunga hampir sepanjang tahun. Bunganya berwarna cerah, dengan kelopak bunga (kaliks) berwarna merah gelap dan lebih tebal dibandingkan kembang sepatu.

Anda pasti sudah paham dengan karung goni. Nah, bahan baku karung goni juga berasal dari rosela. Selain untuk bahan baku karung, rosela juga sering dimanfaatkan untuk pembuatan tali.

Ternyata, masih banyak manfaat tanaman rosela, termasuk dalam pencegahan/pengobatan penyakit. Kelopak bunganya bisa dimanfaatkan untuk mencegah kanker dan menyembuhkan radang, tekanan darah tinggi, melancarkan peredaran darah, serta melancarkan buang air besar.

Tanaman herba ini juga berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, dan agen astringen. Bahkan kini banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu, demam, depresi, gusi berdarah, dan mencegah penyakit lever.

Bahan Minuman

Bahan penting yang terkandung dalam kelompak bunga rosela adalah gossy peptin, anthocyanin dan glucoside hibiscin. Ketiga zat inilah yang menjadikan rosela bukan sekadar tanaman hias yang indah, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan manusia.

Kelopak bunga rosela juga dapat dijadikan bahan minuman segar berupa sirup, selai, dan minuman. Terutama jenis rosela merah yang berkelopak bunga tebal. Kelopak bunga ini mengandung vitamin A, vitamin C, dan asam amino.

Ada 18 jenis asam amino yang terdapat dalam kelopak bunga rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, rosela juga mengandung protein dan kalsium.

Kelopak bunganya juga yang mempunyai rasa yang masam, sehingga dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti jelly, saos, serbuk (teh) dan manisan. Daun mudanya dapat dimakan sebagai ulam atau salad. Sementara di Afrika, biji rosela juga dimakan karena dipercaya mengandung minyak tertentu.

Dengan khasiat yang begitu banyak, tak salah jika rosela merupakan tanaman yang menguntungkan untuk dibudida-yakan. Harga rosela kering mencapai Rp 500.000/kg. Prospek bisnisnya juga luma-yan menjanjikan, terlihat dari permintaan pasar yang terus melonjak.

Budidaya rosela dapat diusahakan di segala jenis tanah, tetapi paling cocok adalah tanah yang subur dan gembur. Selama pertumbuhan, rosela tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk lahan tegalan sekitar 800-1.670 mm/5 bulan, atau 180 mm/bulan. Anda tertarik?


Sumber: http://halopim.multiply.com/reviews/item/15

Rosela : Bahan Baku Minuman Kesehatan

TANAMAN rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) merupakan salah satu tanaman anggota keluarga/famili Malvaceae (tanaman penghasil serat). Termasuk ke dalam keluarga ini adalah tanaman rosela-serat, bunga raya/kembang sepatu yang dimanfaatkan keindahan bunganya sebagai tanaman hias dan pagar pekarangan, waru sebagai tanaman peneduh, penghasil kayu dan tali tradisional yang sangat kuat, kapas sebagai tanaman penghasil serat alam utama bahan pakaian berkualitas, gandapura sebagai tanaman penghasil minyak atsiri dan berbagai jenis obat, dan yute juga tanaman penghasil serat alam.

Selama ini tanaman rosela-serat lebih dikenal masyarakat luas karena tanaman ini merupakan tanaman penghasil serat goni yang sangat potensial.

Rosela-serat banyak dibudidayakan di wilayah-wilayah tropis dan subtropis, antara lain di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Cina sebagai bahan baku tali dan karung pengemas hasil-hasil pertanian.

Bagian yang memiliki nilai ekonomis tanaman ini adalah kulit batang karena dari kulit batang tanaman ini dapat dihasilkan serat untuk berbagai keperluan.

Namun, kejayaan tali dan karung dari serat alam mulai pudar seiring dengan ditemukannya teknologi plastik, sehingga peran rosela sebagai bahan tali maupaun karung banyak digantikan dengan plastik. Tetapi peran tanaman dari keluarga Malvaceae dalam industri pertanian tidak hanya pada penyediaan tali dan karung goni.

Dari segi kesehatan ternyata tanaman dari keluarga Malvaceae ini juga mempunyai manfaat untuk menghasilkan berbagai jenis obat-obatan yang bermanfaat dalam bidang kesehatan.

Sebagai contoh adalah bagian kelopak bunga rosela yang berwarna merah berguna untuk mencegah penyakit kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.

Kelopak bunga rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa sirop dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy). Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino.

Dari sejumlah asam amino yang diperlukan tubuh, 18 di antaranya terdapat dalam kelopak bunga rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, rosela juga mengandung protein dan kalsium.

Herba Tahunan

Rosela yang diuraikan dalam tulisan ini merupakan tanaman yang berbentuk herba tahunan dengan tinggi dapat mencapai 0,5--2,4 m. Batang tanaman rosela berbentuk bulat, berkayu lunak, tegak bercabang-cabang dengan warna merah.

Pada setiap tangkai daun yang berwarna hijau hanya terdapat satu lembaran daun (daun tunggal) dengan tulang daun menjari. Daun tanaman muda berbentuk bulat telur dengan ujung yang tumpul dan tepi daun bergerigi, sedangkan pada tanaman dewasa dijumpai daun yang berbentuk mencangap.

Pada setiap tangkai bunga yang keluar dari ketiak daun hanya terdapat satu bunga (bunga tunggal). Panjang kelopak bunga lebih kurang 1 cm, berbulu dan berwarna merah dengan pangkal yang saling berlekatan.

Kelopak bunga ini mendominasi bagian bunga secara keseluruhan dan terlihat mencolok, sehingga seolah-olah merupakan mahkota bunga. Mahkota bunga sebenarnya merupakan lima helaian tipis dengan panjang 3--5 cm berwarna merah muda yang membentuk corong.

Buah rosela berwarna merah, berbentuk kerucut dan berambut dengan lima ruang buah. Biji berukuran kecil berwarna putih pada waktu masih muda, tetapi menjadi abu-abu setelah tua.

Sumber : http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2006103101213717

Dari Ladang hingga Secangkir Rosela

Dari Ladang hingga Secangkir Rosela
Oleh trubus


Inilah ritual Abdussalam Masduqie menjelang petang. Sambil duduk santai di serambi depan rumah, ia membuka stoples berisi kelopak rosela kering. Tiga kelopak rosela yang dipetik di halaman dimasukkan ke dalam gelas. Ia menyeduhnya dengan air hangat dan menambahkan 2 sendok teh gula. Setelah dingin, teh rosela-sebutan air seduhan rosela-itu ia teguk hingga tandas. Rasa penat setelah seharian beraktivitas pun lepas sudah.

Kebiasaan itu ia lakukan sejak 2002. Kegemarannya menikmati teh rosela bermula ketika mengunjungi sebuah kedai di Hongkong. Di sana ia memesan segelas teh rosela. Saya suka dengan rasa kecut dan aromanya yang segar, katanya. Itulah sebabnya ketika kembali ke tanahair ia menanam rosela di halaman rumah. Bibit rosela diperoleh dari seorang pedagang tanaman hias yang lewat di depan rumahnya di Kersikan, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Ketika itu si pedagang menjajakan 2 pot kerabat kembang sepatu itu. Ia pun memborong keduanya.

Dari setiap tanaman, Abdussalam memanen 50-100 kelopak rosela. Ia mencuci kelopak hasil panen itu dengan air bersih, lalu membelah dan mengeluarkan bijinya. Kelopak itu kemudian dijemur 3 hari hingga benar-benar kering. Rosela pun siap diseduh dan dinikmati. Begitulah cara Abdussalam mengolah rosela.

Sebetulnya kelopak rosela dapat dinikmati langsung tanpa diolah. Namun, lantaran rasanya yang masam, konsumen enggan menikmati rosela segar. Kalau diseduh bisa ditambahkan gula. Jadi rasanya lebih enak, kata Abdussalam. Tanaman buah yang dapat dikonsumsi langsung dan berasa segar seperti rosela adalah buah nasi-nasi. Disebut demikian karena buah itu mungil dan berwarna putih. Karena sekali berbuah banyak dan bergerombol seperti tumpukan nasi, tanaman itu disebut nasi-nasi. Trubus menemukan buah itu di salah satu hutan di Provinsi Bangka Belitung.
Celup

Mulanya Abdussalam tak melirik bisnis rosela. Saya hanya mengkonsumsi sendiri, katanya. Namun, lama-kelamaan pesanan mengalir dari rekan-rekannya. Mereka menyukai teh rosela setelah saya suguhi ketika bertamu, kata aktivis sebuah organisasi di Bangil itu.

Sejak itulah Abdussalam menanam rosela di lahan 0,5 ha di dekat rumahnya di Bangil. Benih rosela diperoleh dari biji yang ia kumpulkan. Dengan jarak 1 m x 1 m, total populasi 5.000 tanaman. Bila setiap tanaman menghasilkan 2-3 kg per 6 bulan atau 300-500 g per bulan, total hasil panen mencapai 1,5-2,5 ton per 6 bulan atau 250-400 kg per bulan.

Kali ini rosela tidak hanya dikeringkan dari kelopak utuh. Lantaran tuntutan konsumen, rosela kering itu diolah mirip teh celup. Konsumen inginnya praktis, katanya. Rosela kering dihancurkan hingga berbentuk serbuk dan dikemas mirip teh celup. Namun, cara pengeringan sama: dijemur. Saat musim hujan Abdussalam justru kewalahan. Bila kemarau, rosela cukup dijemur 3 hari, ketika hujan 7 hari. Akibatnya, produksi rosela terhambat lantaran pasokan rosela kering seret. Padahal, pesanan pelanggan deras mengalir.
Oven

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Abdussalam memesan 100 kg rosela kering dari seorang pemasok di Jawa Tengah. Sayang, maksud hati meraup untung, Abdussalam malah merugi. Dari 100 kg rosela kering yang dipesan, hanya 25 kg yang lolos sortir untuk bahan baku rosela celup. Padahal, harga beli rosela kering itu mencapai Rp100.000 per kg. Artinya, mantan anggota DPRD Kabupaten Pasuruan itu rugi hingga Rp7,5-juta.

Rosela kering dari pemasok itu dikeringkan dengan oven. Namun, kualitasnya tak sesuai harapan. Warna kelopak kecokelatan. Ketika diseduh, air seduhannya pun berwarna sama. Bahkan, rasa kecut yang menjadi khas teh rosela hilang. Sedangkan rosela hasil pengeringan dengan sinar matahari tetap berwarna merah. Begitu juga bila diseduh air panas, warna air seduhan tetap merah dan kecutnya tetap terasa. Sejak itulah Abdussalam enggan mengeringkan rosela dengan oven meski musim hujan sekalipun.

Menurut Ir Eri Pramono, manager pemasaran PT Demaco Indotama, produsen rosela celup di Surabaya, pengeringan dengan oven tak selamanya menghasilkan teh rosela berkualitas jelek. Agar tidak gosong, pengeringan dilakukan bertahap, katanya. Hal senada dilontarkan Kus Yulianto, produsen rosela celup di Sleman, Yogyakarta.

Menurut Dr Astu Unadi MEng, perekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, pengeringan dengan oven sah-sah saja dilakukan. Namun, karena rosela mengandung vitamin C, pemanasan tidak boleh lebih dari 100oC agar tidak hilang.

Sumber : http://www.indonesiaindonesia.com/f/8270-rosela-laba-kesegarannya/

Budi Daya Tanaman Rosela

TANAMAN rosela dapat tumbuh pada tanah regosol, aluvial, dan latosol dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan pH 6--7. Tanaman ini akan berkembang optimal pada ketinggian 0--900 m di atas permukaan laut dan terbuka yang memiliki curah hujan cukup dengan musim kemarau nyata (klasifikasi B dan C menurut Schmidt Fergusson) dengan kelembapan 60--75%. Kebutuhan air pada tanaman muda cukup banyak, sedangkan pada tanaman dewasa yang berbunga kebutuhan airnya relatif sedikit.

Di lapangan tanaman rosela dapat ditumpangsarikan dengan tanaman pangan, tetapi umumnya rosela ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 1 m x 1,2 m atau 1,5 m x 1,5 m tergantung tingkat kesuburan tanahnya. Semakin subur tanah tempat budi daya, semakin lebar jarak tanamnya. Dengan demikian, populasi tanaman yang dibudidayakan mencapai 4.445 hingga 8.334 tanaman per hektare.

Kebutuhan benih rosela untuk membuat satu hektare pertanaman lebih kurang sebanyak 400 gram. Pada lahan-lahan datar dan agak miring, tanaman rosela dapat ditanam bersama dengan tanaman padi ladang atau jagung. Tumpang sari ini dapat berlangsung selama satu periode tanam padi atau jagung karena pada umur 4 bulan tajuk tanaman rosela sudah rimbun dan mulai berbunga.

Tanaman rosela diperbanyak dengan menggunakan benih yang diperoleh dari tanaman yang berproduksi tinggi dan sehat. Benih diambil dari buah rosela yang sudah tua yang dicirikan dari kulit buah berwarna cokelat.

Buah yang sudah dipisahkan dari kelopaknya dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hingga lima hari. Bila buah sudah kering, buah akan pecah dan biji-biji dalam buah akan keluar.

Benih tersebut dapat langsung ditanam di lapangan atau disemaikan terlebih dulu dalam polybag. Bila benih langsung ditanam di lapangan, dalam satu lubang ditanam 3 buah benih. Benih yang ditanam di polibag memerlukan waktu 5--6 minggu untuk dapat dipindahkan ke lapangan.

Penanaman bibit rosela diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam. Tempat-tempat yang ditentukan untuk penanaman benih atau bibit digemburkan dengan menggunakan pacul.

Apabila memungkinkan pada tempat-tempat yang akan ditanami bibit tersebut diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 2 kg setiap lubang tanam. Pada penanaman dengan benih lubang tanam cukup dibuat dengan menggunakan tugal, sedangkan pada penanaman dengan bibit polibag, lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dua minggu sebelum bibit ditanam.

Masa penanaman bibit yang baik adalah pada awal musim hujan. Apabila bibit sudah ditanam, tetapi pada saat berikutnya tidak turun hujan, perlu dilakukan penyiraman dan pengurangan jumlah daun hingga 2--3 helai untuk mengurangi proses transpirasi.

Penanaman bibit rosela di lapangan dilakukan dengan urutan pekerjaan sebagai berikut. Bibit rosela dalam polibag diletakkan dalam lubang tanam dengan permukaan tanah dalam polibag rata dengan tanah bagian atas, kemudian barisan polibag diluruskan dengan barisan tanaman yang lain. Alas atau dasar polibag diambil dengan cara mengiris horizontal melingkar dan sisi atau dinding polibag diiris kanan-kiri dengan arah vertikal.

Pengisian lubang tanam dengan tanah dilakukan secara berangsur-angsur sambil mengeluarkan polibag dari lubang tanam. Tanah di luar kolom polibag dipadatkan secara hati-hati, sedangkan tanah dalam kolom polibag tidak boleh pecah, diinjak atau dipadatkan, karena dapat merusak perakaran yang telah tumbuh.

Bibit yang telah ditanam diperiksa secara intensif selama sekurang-kurangnya satu bulan. Bibit yang mati, pertumbuhannya kerdil atau terserang penyakit akar segera disulam. Penyulaman tanaman dilakukan sebaiknya masih dalam musim hujan periode yang sama.

Guna menunjang pertumbuhan tanaman agar tidak roboh pada saat berbunga, setiap tanaman perlu ditunjang dengan bambu yang cukup kuat.

Sumber : http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2006103101213718