Rosela : Minim Risiko Besar Untungnya

Rosela, Minim Risiko Besar Untungnya
oleh Iwan Al Khasni pada 22-03-2008

Setelah 6 tahun lebih bergelut dengan tanaman bunga rosela sejumlah petani di Dukuh Purwokerto, Desa Jelok Kecamatan Cepogo bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) Seger Asri untuk mengembangkan budidaya tanaman bunga yang berkhasiat untuk kesehatan.
Pembentukan KUB dilakukan untuk memperkuat pengembangkan rosela yang dinilai memiliki prospek yang cukup menguntungkan bagi petani penanam. Menurut Paulus, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Seger Asri pembentukan KUB dinilai sangat perlu untuk memanfaatkan lahan yang masih cukup luas di Desa Jelok. Untuk saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam Seger Asri berjumlah 22 anggota yang masing masing telah menaman Rosela.
Rosela sendiri atau dengan nama latin Hibiscus Sabdariffa L ini tidak seperti tanaman bunga yang lainnya. Di Indonesia sendiri jenis tanaman ini lebih terkenal dengan sebutan tanaman asam paya atau juga seringkali disebut dengan asas susur yang masih dalam satu keluarga dari tanaman bunga sepatu.
Permintaan
Awalnya benih rosela yang berada di Desa Jelok berasal dari Pulau Bali yang di bawa oleh Waluyo, salah satu petani rosela. Benih tersebut lantas coba ditumbuhkembangkan di lahan sekitar rumahnya hingga akhirnya menjadi berkembang. Masa tanam hingga panen relatif singkat, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk siap petik.
Ia menambahkan risiko menanam rosela hanya musim kemarau saja. “Sejauh saya mempelajari tanaman ini, sangat kecil hama yang menganggu tumbuh kembang tanam, ya paling hanya ulat saja,”jelas Waluyo. Ia juga menjelaskan bahwa permintaan rosela pada dasarnya tinggi, tetapi musim kemarau sering kali menjadi menjadikan rosela cepat layu.
Tanaman ini sebenarnya memiliki jenis yang bermacam-macam. “Untuk kelopaknya ada yang berwarna merah, kuning dan beberapa warna lain biasanya selain untuk membuat obat-obatan ada juga yang mengunakan rosela untuk membuat selai,” ujarnya. Permintaan sejauh ini masih di sekitar wilayah Surakarta dan Provinsi Lampung.
Harga jual tanaman ini terbilang cukup tinggi karena untuk satu kilogram rosela dihargai Rp 70.000 hingga –Rp 120.000 sesuai dengan kualitas tanaman. KUB sendiri saat ini tengah menjalin kerjasama dengan sebuah mitra kerja untuk melakukan kerjasama secara profesional dan berharap mejadi langkah pengembangan usaha pertanian selain penanaman padi dan jagung. (Iwan Al Khasni)

Sumber : http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9297&Itemid=1

No comments:

Post a Comment